Selasa, 18 September 2012

Kendaraan umum VS pelajar “Tuntutlah ilmu walau ke negeri Cina”. Selogan yang tak asing kita dengar kembali. Sejak kita duduk di bangku sekolah dasar pun, selogan itu sudah diperkenalkan bahkan sudah menjadi hal yang wajib untuk dijadikan pedoman hidup. Itu artinya, kita harus berusaha keras mencari ilmu tanpa mengeluh. Tetapi, bagaimana jika ada bahkan banyak siswa yang mengabaikan selogan tersebut?. Contoh kecil saja, yang akan saya bahas di tulisan ini. Berkenaan dengan menuntut ilmu, kita bangun pagi lalu berniat dalam hati pergi ke sekolah demi sebuah masa depan. Untuk mendapatkan masa depan yang cerah dan gemilang itu sulit perlu pengorbanan yang ekstra. Disamping orang sedang sibuk bahkan berlomba-lomba untuk berusaha mencapai kesuksesan itu, ternyata ada saja orang yang berleha-leha dalam hal masa depannya sendiri. Terutama di kalangan pelajar yang terbiasa pergi ke sekolah dengan menggunakan kendaraan umum dari rumahnya. Sebelum sampai di sekolah, mereka harus menunggu kendaraan yang membawa mereka pergi untuk sampai di sekolah tujuannya. Masih menjadi suatu hal yang wajar jika kita menunggu kendaraan tersebut dengan alasan sulit, ataupun penuh dengan muatan penumpang. Bagaimana jika kita yang memang mempersulit diri untuk menaiki kendaraan yang akan digunakan?. Itulah yang menjadi kebiasaan pelajar pada jaman modernisasi ini. Jika kondisi kendaraan yang akan kita gunakan agak jelek body luarnya, atau di dalam kendaraan yang dinaiki terdapat seorang ibu yang telah selesai berbelanja dari pasar dengan segala macam barang yang dibelinya. Rata-rata pelajar enggan menggunakan kendaraan itu mengantarkannya ke sekolah. Mereka lebih baik menunggu kendaraan yang lebih bagus dan terlihat body kendaraan yang rapih dan baru dengan berbagai aplikasi menarik di dalamnya, apalagi jika pelajar tersebut sudah berlangganan dengan kendaraan itu. atau bahkan dijadikan “abudemen”, serasa kendaraan umum berubah seketika menjadi kendaraan pribadi yang nyaman. Mereka lebih baik mengorbankan waktu mereka “ngaret”untuk pergi ke sekolah , daripada pergi ke sekolah dengan kendaraan yang “jelek”. Sesuai kah semua tindakan itu dengan selogan “tuntutlah ilmu walau ke negeri Cina?’’. Tentunya,, sangat jauh dari kata sesuai. “Waktu adalah uang”. Ya, selogan tersebut kembali mengingatkan kita akan waktu yang kita gunakan. Jika kita lebih menghargai waktu, kita akan merasa bahwa waktu adalah segalanya, waktu yang akan menghantarkan kesuksesan di masa depan, waktu yang memacu kita untuk mengisi setiap detiknya dengan berbagai hal yang bermanfa’at. Jika pergi ke sekolah saja kita harus meluangkan watu banyak untuk sesuatu yang “sepele”,itu artinya kita juga telah membiarkan masa depan cemerlang hilang begitu saja. Contoh ilustrasi: Fikirkan saja, jika kita memanfa’atkan waktu yang dipakai untuk menunggu kendaraan yang diinginkan datang, kita bisa memanfa’atkan waktu itu untuk membaca buku di sekolah, menyelesaikan tugas sekolah yang belum selesai, bahkan kita bisa bertemu dengan suasana sekolah lebih awal. Itu hal yang lebih bermanfa’at dibandingkan kita harus menunggu kendaraan yang tidak menunjang terhadap masa depan. Kita tahu bersama bahwa usia remaja adalah usia yang sangat menyenangkan untuk dinikmati, untuk bebas, tetapi tidak ada salahnya jika kita mengisi waktu remaja dengan berbagai kegiatan yang bermanfa’at, apalagi itu mendukung sekali terhadap cita-cita kita. sudah saatnya kita sebagai pelajar, satu/dua langkah lebih maju dibandingkan sebelumnya. Bermawas dirilah agar kita semua selalu memperbaiki diri dari hal yang tidak diinginkan.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar