Selasa, 25 September 2012

Punya pacar? Haruskah?

Menginjak SMA, hal yang paling sering ditanya pada masa pubertas ini adalah “eh,udah gede.. udah punya pacar ya?” itulah gurauan orang dewasa terhadap kami yang sedang memupuk perasaan berkenaan dengan “pacar”.  Berkenaan dengan hal itu, tanpa gurauan pun sebetulnya, kami sudah mempunyai bidikan yang sesuai dengan hati kami untuk dijadikan” pacar”. Kami telah merasakan apa yang dimaksud dengan “cinta monyet” yang selalu tersipu malu melihat wajah orang yang kami sukai sejak “pandangan pertama”. Saat itulah kami mengenalnya. Mengenal arti paling indah di dunia ini. Tapi, haruskah apa yang disebut indah itu harus kami miliki?. 

 
Arti paling indah saat remaja, terkadang tidak sesuai dengan jalan pemikiran orang dewasa, terutama orang tua. Masa remaja yang dialami oleh anak mereka adalah suatu tantangan berat bagi mereka. disaat kami merasa “cinta monyet” itu indah, orang tua kami malah sangat cemas bahkan khawatir akut. Ketika anak mereka mengenal “Pacaran”. Orang tua selalu sigap dan tanggap untuk menghalau hal yang satu ini. Inilah masa dimana orang tua akan seketika berubah menjadi KOMNAS Perlindungan Anak untuk kami. KOMNAS Perlindungan Anak yang satu ini, bukan perlindungan akibat kekerasan orang tua terhadap anaknya. Tetapi kekecewaan yang dibuat oleh anaknya setelah mereka mengenal “pacaran”.
Wajarlah, jika kami  memiliki perasaan suka terhadap lawan jenis. Karena, nafsu yang Tuhan berikan  kepada kami semua, ya saat ini. Saat kami mencari sebuah identitas dan jati diri kami. Saat dimana kami goyah dengan berbagai permasalahan rumit dan beragam pilihan hidup yang harus kami lalui. Termasuk soal “pacar”. Sebetulnya pacar itu apa?
Disini, kami tidak berlagak polos. Kami tahu betul mengenai hal yang satu ini. Tetapi, coba renungkan. Arti dari seorang pacar di hidup kalian apa?
1. Pendamping hidup?
Bukankah pendamping hidup itu Tuhan yang menentukan? Haruskah kita mencarinya saat ini juga? Jika tidak cocok? Bagaimana?
Jika pada saatnya kita memaksakan diri untuk memilih pacar kita sebagai pendamping hidup, lalu bagaimana jika Tuhan sudah menggariskan nasib kita bahwa bukan orang itu yang menjadi pendamping kita  sesungguhnya?
Apa yang akan kalian lakukan?
2.       Apa yang kalian butuhkan dari seorang Pacar?
Perhatian? Kasih sayang?
Jika memang itu yang dibutuhkan (perhatian dan kasih sayang), lalu mengapa harus ada kata “Putus” ?
Apalagi jika alasan dari kata putus itu adalah “bosan”/ “ada yang lebih baik”.
Semudah itu kah kita mempermainkan perasaan orang lain?
Bagaimana mungkin kita akan mendapatkan pendamping yang baik. Jika setiap kekurangan yang dimiliki oleh pacar kita sendiri,  kita mencari pelengkap lain yang bisa menutupi kekurangan tersebut.
Jika orang yang dapat melengkapi kekurangan pacar kita memiliki kekurangan juga? Akankah kita mencari pelengkap yang lain lagi?
               sampai kapankah permainan mencari pelengkap kekurangan atau dengan kata lain “selingkuh”  berakhir?
Kurang apa, ayah dan ibu kita memberikan perhatian yang lebih dari seorang pacar? Sehingga pacar adalah kebutuhan rohani yang kini dikategorikan sebagai kebutuhan primer no 1 dikalangan remaja pada umumnya.
3.       What’s the next?
Setelah pacaran, apa yang akan kalian lakukan? Menikah?
Bukankah, kalian mempunyai cita-cita? Yang harus dicapai terlebih dahulu sebelum menikah?
Dapatkah kalian me-manage fikiran kalian untuk membagi dua antara cita-cita dan rencana ke depan dengan  si “dia”?

Think again.!!!!


1 komentar: